Selasa, 17 Mei 2016








SHALAT WAJIB DAN SHALAT SUNAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
“Praktek Ibadah”
Dosen Pengampu:
 MUZAIJIN MASDAR










 






Disusun oleh:

Disusun oleh :
Zunik Murtiani (9321.165.13)
Annas at. Thoriqi (932102113)
Kelas   : E
Smt      : V

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI 2015



A.    PENDAHULUAN
a.       Latar belakang
Kata Shalat secara Etimologis, berarti do’a. Adapun shalat secara Terminologis, adalah seperangkat perkataan dan perbuatan yang dilakukan dengan beberapa syarat tertentu., dimulai dengan  takbir dan diakhiri dengan salam.
Pengertian Shalat ini mencakup segala bentuk salat yang diawali dengan  takbirt al-ihram dan diakhi dengan salam. Digunakan kata shalat untuk ibadah ini, tidak jauh berbeda dengan  pengertian Etimologisnya. Sebab, di dalam  shalat terkandung do’a-do’a berupa permohonan, minta ampun, dan  sebagainya.
Dalam Islam, Shalat menempati kedudukan yang tidak dapat ditandingi oleh ibadah  lainnya. Selain termasuk rukun islam, yang berarti tiang Agama, Shalat juga termasuk Ibadah yang pertama diwajibkan Allah kepada Nabi Muhammad ketika Mi’raj.
Disamping itu, Shalat memiliki tujuan yang tidak terhingga. Tujuan Hakiki dari Shalat, sebagaimana dikatakan Al-jaziri, adalah tanda hati dalam rangka mengagungkan Allah sebagai pencipta. Disamping itu Shalat juga merupakan bukti takwa Manusia kepada Khaliknya. Dalam salah satu ayat-Nya menyatakan bahwa Shalat bertujuan menjauhkan orang dari keji dan munkar.
b.      Rumusan masalah
1.      Mengetahui sholat wajib dan sunnah
2.      Apa pengertian sholat jamaah
3.      Apa pengertian sholat jama’ dan qosor
4.      Mengetahui macam-macam sholat sunnah
c.       Tujuan
Memberi pemahaman kepada seluruh mahasiswa apa saja sholat wajib dan sunnah yang diajarkan oleh syariah dan mengaplikasikanya.




B.     PEMBAHASAN
1.      Shalat Wajib
a.       Shalat Jama’ah
Shalat jamaah sangat dianjurkan oleh agama, pahala yang didapat dua puluh tujuh derajat lebih besar dari pada shalat seorang diri.

        Dari Riwayat Malik, Abi Zinad, A’raj, dan Abi Hurairah Berkata
:

اخبرنا ما لك عن ابى الزناد عن الاعرج عن ابى هريرة رضى الله عنه
ان النبى صلى الله عليه وسلم قال: صلاة الجماعة افضل من صلاة احد كم
 وحده بخمس وعشرين جزءا.

“Telah menghkabarkan kepada kami Malik dari Abi Zinad dari A’raj dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi saw. Telah bersabda: “Shalat berjamaah yang dilakukan salah seorang diantara kamu lebih utama dari pada shalat sendirian, pahalanya berlipat dua puluh lima kali.” 
Dari Hadis lain juga mengatakan:

اخبرنا ما لك عن نافع عن ابن عمر رضى الله عنهما ان رسول الله صلى الله عليه وسلم قال:
صلاة الجماعة تفضل على الفرد بسبع وعشرين درجة.

“Telah dikhabarkan kepada kami Malik dari Nafi’ dari Ibnu Umar Radhiyallahu an’huma, bahwa Rasulullah saw. Telah bersabda: “Shalat berjamaah lebih utama dari pada shalat seorang diri, dua puluh derajat kali lipat.” 
Dari dua Hadis diatas Rasulullah menegaskan tentang pentingnya shalat berjamaah. Serta keistimewaan yang terkandung didalamnya. Shalat jamaah adalah sunnah Rasul yang sangat terkenal, mengandung hikmah yang besar, serta dapat mempersatukan kaum muslimin dalam pandangan dan gerak langkah, hingga diantara mereka tergalang kebersamaan dan rasa solidaritas.
Dalam menyikapi perihal hukum shalat jamaah, ada perbedaan pendapat dikalangan para Ulama’. Menurut Mayoritas Jumhur Ulama shalat jamaah hukumnya buka fardu ‘ain, hanya saja apakah sunnah ataukah fardlu kifayah, dikalangan mereka masih terjadi perbedaan pendapat.
Dalam riwayat lain diterangkan bahwa Rasulullah berniat akan membakar rumah mereka ketika meninggalkan shalat isya’. Sedangkan riwayat yang lain lagi menerangkan, ketika meninggalkan seluruh shalat lima waktu secara mutlak juga akan dibakar rumahnya. Menurut pendapat yang terpilih shalat jamaah hukumnya fardlu kifayah bukan fardlu ‘ain. Dan ini merupakan banyak dukungan dari para Ulama.
b.      Shalat Jama’ dan Qosor
Shalat jama’ adalah melaksanakan atau menggabungkan shalat wajib dalam satu waktu.  Shalat jama’ dilaksanakan pada waktu bepergian dalam jarak tempuh 90 km. pada shalat jama’, yang bisa dijamakkan adalah shalat dzuhur, ashar, magrib dan isya’, sedangkan subuh tidak bisa dijama’kkan.
Dalam riwayat hadis shahih muslim mengatakan:

عن انس بن ماللك رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم: اذا عجل عليه السفر
يؤخرالمغرب حتى يجمع بينهما وبين العشاء حين يغيب الشفق.

“Anas bin Malik r.a berkata: “Apabila Nabi bergegas dalam perjalanan, beliau akhirkan shalat zhuhur ke awal waktu shalat Asar, lalu beliau menjama’ keduanya. Dan belian akhirkan shalat maghrib, sehingga beliau menjama’kan dengan shalat isya’ ketika mega merah telah hilang.
Saat memasuki shalat dzuhur, lalu masih dalam perjalanan maka shalatnya bisa dijama’ diawal waktu shalat asar. Dan ketika waktu maghrib datang menjama’kannya shalat isya’ ketika mega merah telah hilang.
Yang dimaksud dengan mengqasar sholat adalah meringkas shalat. Shalat yang bisa diringkas hanya shalat dengan jumlah empat rakaat. Sementara maghrib dan subuh tidak bisa diqasarkan. Bila menqasar shalat, bisa dilakukan dengan dua rakaat saja, untuk memudahkan seorang Musafir.
 Berikut ini ada Hadis tentang Mengqasar shalat:

عن عبدالله بن عمر رضى الله عنهما قال: رايت النبى ص اذااعجله السير يؤخرالمغرب
 فيصليها ثلاثا ثم يسلم ثم قلم يلبث حتى يقيم العشاء فيصليها ركعةين ثم يسلم ولا يسبح
بعد العشاء حتى يقوم من جوف اليل.
 “Dari Abdullah bin Umar r.a berkata: Saya melihat Nabi saw. Apabila tergesa-gesa dalam perjalanan beliau akhirkan maghrib. Beliau shalat tiga rakaat kemudian salam. Beliau diam sejenak sampai masuk isya’ lalu beliau shalat dua rakaat kemudian salam, dan beliau tidak membaca tasbih setelah isya’ sampai beliau bangun jauh ditengah malam.” 
Dari Hadis diatas dapat dijelaskan bahwa apabila kita tergesa-gesa dalam perjalanan pada saat waktu maghrib, maka kita harus mengqasar shalat maghrib dan isya’. Maghrib dilakukan dengan tiga rakaat, sedangkan isya’ dengan dua rakaat.
Dari Hadis lain Riwayat Abu Hurairah disitu Rasulullah memberi pesan kepada Umatnya, bahwa:

عن ابى هريرة رضى الله عنه قال: النبى ص لا يحل لامراة تؤمن بالله واليوم الاخر ان
تسافر مسيرة يوم  وليلة ليس معها حرمة.

“Dari Abu Hurairah r.a berkata: Nabi saw. Bersabda: “Tidak halal bagi seseorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk bepergian perjalanan sehari semalam tanpa ada muhrim (seorang yang haram dinikah atau menikah).”
Dari Hadis diatas dapat dijelaskan bahwa Apabila seseorang bepergian, terutama wanita, maka wanita itu harus didampingi muhrimnya. Seperti: ayahnya, atau saudaranya. Sehingga wanita tersebut terhindar dari bahaya.
2.      Shalat Sunah
a.       Shalat Rawatib
1.      Pengertian Shalat Sunah Rowatib
Shalat sunah rawatib adalah shalat sunnah yang menyertai shalat fardhu baik dikerjakan sebelum shalat fardhu ataupun sesudahnya. Yang sering disebut shalat qobliyah (sebelum), shalat ba’diyah (sesudah).[1] Dari beberapa macam sholat sunnah qobliyah dan ba’diyah yang ada, ada beberapa yang termasuk dalam sholat sunah rawatib muakkad, yaitu sholat rawatib yang dianjurkan oleh Rasulullah saw.
Adapun yang termasuk shalat sunah rawatib muakkad menurut kesepakatan semua ulama’ adalah yang memiliki ketentuan sebagi berikut:
a.       Dua Rakaat Sebelum Shalat Subuh
Dalam sebuah hadits, diriwayatkan oleh Nabi, sebagai berikut:
ﻋﻦ ﻋﺎﺌﺸﻪ ﺍﻠﻧﺑﻲ ﺺ.ﻡ ﻠﻡ ﻳﻜﻦ.ﻋﻟﻰ ﺸﻴﺊ ﻤﻥ ﺍﻠﻧﻮﺍ ﻓﻞ ﺃﺸﺪ ﻤﻧﻪ ﺗﻌﺎﻫﺪﺍﻋﻠﻰ ﺮﻜﻌﺘﻰ ﺍﻠﻓﺠﺮ .ﺮﻮﺍﻩﺍﻠﺑﺧﺍﺮﻯ
Artinya: Dari Aisyah r.a.. “Tidak ada shalat sunnah yang dipentingkan oleh Nabi SAW selain dua rakaat sebelum subuh (shalat fajar).” (H.R. Al-Bukhari: 1093)
b.      Empat Rakaat Sebelum Shalat Dzuhur

عَنْ عَائِشَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ : اَنَّ النَّبِىَّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ يَدَعُ اَرْبَعًا قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْغَدَاةِ (رواه البخارى([2]
Artinya: Dari Aiyah Ra. berkata : “Sesungguhnya Nabi Saw, tidak ada pernah meninggalkan empat rakaat sebelum Dzuhur (dua rakaat sunnah muakkad dan dua rakaat sunnah ghairu muakkad) dan dua rakaat sebelum shalat fajar”. (HR.Bukhari)
Shalat rawatib ini juga berlaku untuk shalat Jum’at, karena shalat Jum’at merupakan ganti dari shalat Dzuhur.

اَنَّ ابْنَ مَسْعُوْدٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ يُصَلِّى قَبْلَ الْجُمْعَةِ اَرْبَعًا وَبَعْدَهَا اَرْبَعًا (رواه الترمذى (
Artinya: ”Sesungguhnya Ibnu Mas’ud melakukan shalat empat rakaat sebelum dan setelah shalat Jum’at”. (HR At Tirmidzi).

c.       Dua Rakaat Sesudah Shalat Dzuhur

عَنْ اُمِّ حَبِيْبَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ, قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ صَلَّى اَرْبَعَ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَاَرْبَعًا بَعْدَهَا حَرَّمَهُ اللهُ عَلَى النَّارِ )رواه الترمذى(
Artinya: Dari Umi Habibah Ra. berkata, Rasulullah Saw. bersabda: “Barang siapa shalat empat rakaat sebelum Dzuhur dan empat rakaat sesudahnya, maka Allah mengharamkannya masuk neraka”. (HR At Tirmidzi).
Catatan :
Yang dimaksud dengan empat rakaat dalam hadits di atas adalah dua rakaat sunnah muakkad dan dua rakaat sunnah ghairu muakkad.
d.      Dua rakaat sesudah shalat maghrib
e.       Dua rakaat sesudah shalat isya’[3]

عَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: حَفِظْتً عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الظُّهْرِ, وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ ورَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْغَدَاءِ (رواه البخارى ومسلم([6]

Artinya: Dari Abdullab bin Umar Ra. berkata : “Saya hafal dari Rasulullah Saw. dua rakaat sebelum Dzuhur dan dua rakaat sesudah Dzuhur, dua rakaat sesudah Maghrib, dua rakaat sesudah Isya dan dua rakaat sebelum Shubuh”. (HR. Bukhari dan Muslim).

2.      Keutamaan Fadhilah Shalat Sunnah Rowatib
- Hadits riwayat Bukhari

سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: ما من عبد مسلم يصلي لله كل يوم ثنتي عشرة ركعة تطوعا غير فريضة إلا بنى الله له بيتا في الجنة
Artinya: Nabi bersabda: Tidak ada seorang hamba yang shalat sunah setiap hari sebanyak 12 rakaat kecuali Allah membangun untuknya sebuah rumah di surga.
- Hadits sahih riwayat Muslim

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ، بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الجَنَّةِ
Artinya: Barang siapa yang shalat 12 rokaat sehari semalam maka dibangun baginya rumah di surga.
-  Hadits sahih riwayat Bukhari Muslim (muttafaq alaih)dari Ibnu Umar

صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ الله صلى الله عليه وسلم رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الظُّهْرِ، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الظُّهْرِ، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الجُمُعَةِ، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ المَغْرِبِ، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ العِشَاءِ
Artinya: Saya pernah shalat bersama Rasul dua rakaat sebelum dzuhur, 2 rakaat setelah dzuhur, 2 raka'at setelah Jum'at, 2 rakaat setelah maghrib, dua rakaat setelah isya'.

3.      Waktu Pelaksanaan Shalat Rowatib[4]
Ada 5 waktu shalat sunnah rawatib dengan total 12 raka'at 6 raka'at ba'diyyah dan 6 raka'at qabliyyah dengan rincian sebagai berikut:
a.       Dua raka'at sebelum shalat subuh.
b.      Empat roka'at sebelum shalat dhuhur (dilakukan dua rakaat  dua rakaat atau 2x salam)
c.       Dua roka'at setelah shalat dhuhur.
d.      Dua roka'at setelah shalat maghrib.
e.       Dua raka'at setelah shalat isya'.


4.      Niat shalat sunnah rowatib
a.       Sebelum subuh:
أُصَلِي قَبْلِيَّةَ الصُبْحِ رَكْعَتَيْنِ سُنَّةً ِللهِ تَعَاليَ
Artinya: Niat shalat sunnah qobliyyah subuh dua rakaat karena Allah.
b.       Sebelum dzuhur:
أُصَلِي قَبْلِيَّةَ الظُهْرِ رَكْعَتَيْنِ سُنَّةً ِللهِ تَعَاليَ
Artinya: Niat shalat sunnah qobliyyah dzuhur dua rakaat karena Allah.
c.       Setelah shalat dzuhur:
أُصَلِي بَعْدِبّةَ الظُهْرِ رَكْعَتَيْنِ سُنَّةً ِللهِ تَعَاليَ
Artinya: Niat shalat sunnah ba'diyyah dzuhur dua rakaat karena Allah.
d.       Setelah shalat maghrib:
أُصَلِي بَعْدِبّةَ الَمغْرِب رَكْعَتَيْنِ سُنَّةً ِللهِ تَعَالي
Artinya: Niat shalat sunnah ba'diyyah maghrib dua rakaat karena Allah.
e.       Setelah shalat isya':
أصَلِي بَعْدِبّةَ الِعشَاء رَكْعَتَيْنِ سُنَّةً ِللهِ تَعَالي
Artinya: Niat shalat sunnah ba'diyyah isya' dua rakaat karena Allah.
5.      Bacaan shalat sunnah rowatib
a.       Rakaat pertama membaca Al-Fatihah dan surat Al-Kafirun
b.      Rakaat kedua membaca Al-Fatihah dan surat Al-Ikhlas 



b.      Shalat Hajat
Sholat hajat ialah shalat sunah yang dilakukan karena ada kebutuhan tertentu. Misalnya, ingin memulai berdagang, membangun rumah dan lain-lain.[5] Tujuan shalat ini adalah agar apa yang menjadi hajatnya (hajat yang baik dan tidak bertentangan dengan syariat) mendapatkan rida Allah. Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan 2, 4, dan maksimal 12 rakaat. Adapun syarat, rukun sholat hajat sama dengan shalat fardhu. Waktu shalat hajat dapat dilaksanakan kapan saja, kecuali pada lima waktu yang diharamkan.
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ تَوَضَّأَ فَأَسْبَغَ الْوُضُوءَ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ يُتِمُّهُمَا أَعْطَاهُ اللَّهُ مَا سَأَلَ مُعَجِّلًا أَوْ مُؤَخِّرًا
Artinya:“Barang siapa yang berwudhu dan menyempurnakannya, lalu shalat dua rakaat dengan sempurna maka Allah akan memberikan apa yang ia minta, cepat atau lambat. (HR. Ahmad dari Abu Darda’)
Adapun tata cara pelaksanaan shalat hajat sebagai berikut:[6]
1.      Berdiri menghadap kiblat untuk melaksanakan shalat hajat dengan niat, yang artinya aku niat shalat sunah hajat dua rakaat karena Allah ta’ala.
2.      Setelah selesai melaksanakan shalat hajat, hendaknya membaca istighfar 100 kali.
3.      Setelah membaca istighfar lalu membaca shalawat atas Nabi SAW sebanyak 100 kali.
4.      Sesudah itu membaca do’a sebagai berikut:
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْحَلِيْمُ الْكَرِيْمُ سُبْحَانَ اللهِ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْن اَسْأَلُكَ مُوْجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ وَالْغَنِيْمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَالسَّلاَمَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍلاَتَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ وَلاَ حَاجَةً هِىَ لَكَ رِضَا إِلاَّ قَضَيْتَهَا يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

Artinya: “Tidak ada Tuhan melainkan Allah Yang Maha Penyantun dan Pemurah. Maha Suci Allah, Tuhan pemelihara ‘Arasy Yang Maha Agung. Segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam, kepada-Mu aku memohon sesuatu yang mewajibkan rahmat-Mu, dan sesuatu yang mendatangkan ampunan-Mu, dan memperoleh keuntungan pada tiap-tiap dosa. Aku bermohon pula untuk memperoleh seluruh kebaikan serta selamat terhindar dari melakukan seluruh dosa. Janganlah Engkau biarkan dosa daripada diriku melainkan Engkau ampuni, dan tidak ada sesuatu kepentingan melainkan Engkau ampuni, dan tidak ada sesuatu kepentingan melainkan Engkau beri jalan keluar, dan tidak pula sesuatu hajat yang mendapat kerelaan-Mu melainkan Engkau kabulkan. Wahai Tuhan yang paling Pengasih dan Penyayang.”

f.        Kemudian mohonlah kepada allah apa yang menjadi hajat kita, sambil bersujud.
c.       Shalat Tahajud
Secara etimologi, kata Tahajud berasal dari kata Al-Hujud yang berarti bangun dari tidur pada malam hari. Sedangkan secara definisi ibadah, tahajud diartikan sebagai shalat yang dikerjakan pada malam hari yang waktunya dimulai sejak ba’da shalat isya’ hingga terbit fajar dengan syarat setelah sang mushali tidur terlebih dahulu.
Shalat tahajud sejak awal diperitahkannya, telah menjadi semacam shalat sunah utama yang paling sering dikerjakan oleh umat muslim. Alasannya yaitu karena dalam beberapa dalil disebutkan bahwa Allah SWT tidak pernah menjadikan shalat tahajud sebagai shalat sunah biasa. Karena alasan itulah, umat muslim diseluruh dunia menempatkan kedudukan shalat tahajud ditempat yang sangat istimewa. Dan dalam Al-Qur’an, shalat tahajud adalah satu-satunya shalat sunah yang tercantum didalamnya dan pernah ditunaikan layaknya shalat fardhu. Allah Swt berfirman:
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا (الاسراء: 79(
Artinya: “Dan pada sebahagian malam hari shalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-Mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al- Isra’: 79)
            Kata “Tahajud” dalam Al-Qur’ an tersebut bagi umat muslim mengandung pemahaman bahwa shalat tahajud adalah ibadah yang mengandung hikmah dan keutamaan yang besar. Selain sebagai shalat sunah, shalat tahajud termasuk pelengkap dan penyempurna bagi shalat-shalat fardhu yang mungkin kurang sempurna pelaksanaannya.
            Dari Abu Hurairah  berkata bahwa Rasulullah Saw pernah ditanya oleh seorang sahabat, “Shalat mana yang paling afdhol setelah shalat fardhu? Rasulullah Saw menjawab, “Shalat di tangah malam.” (HR. Muslim).[7]
            Shalat Tahajud dapat dikerjakan diawal, ditengah ataupun akhir malam setelah shalat Isya’, sesuai dengan kemampuan masing- masing. Namun, apabila mampu bangun dimalam hari, waktu terbaik pelaksanaan shalat tahajud adalah pada waktu sepertiga malam yang terakhir, karena waktu sepertiga malam itu sangatlah utama dan  istimewa. Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: Tuhan kita (Allah) tabaraka wa ta’ ala “turun” setiap malam ke langit dunia pada sepertiga malam yang terakhir. Ia berfirman: Siapa yang berdoa kepada-Ku niscaya Aku kabulkan, siapa yang meminta kepadaku, niscaya Aku berikan, siapa yang memohon ampunan kepadaku maka niscaya Aku ampuni dia. (HR.Bukhari).
            Adapun tata cara pelaksanaan shalat tahajud adalah, bilangan rakaatnya paling sedikit dua rakaat dan banyaknya adalah tidak terbatas. Dan adab yang sangat dianjurkan:
1.        Niat sebelum tidur.
2.        Membangunkan  anggota keluarga.
3.        Membaca Doa.
4.        Segera berwudhu.
5.        Shalat Iftithah (shalat pembuka).
6.        Shalat Tahajud.
Shalat tahajud dapat dilakukan dua-dua. Artinya adalah, dua rakaat kemudian salam, lalu mulai lagi dua rakaat dan kemudian salam lagi, begitu seterusnya. Adapun niatnya adalah:

اصلي سنة التهجد ركعتين لله تعا لي

Artinya: “Aku niat shalat sunnah tahajud dua rakaat karena Allah”.
7.      Tutup dengan shalat Witir.
8.      Berdo’a.[8]
d.      Shalat Istikhoroh
Istikhoroh artinya memilih atau meminta dipilihkan, yaitu memilih diantara dua hal/pekerjaan yang sama-sama disukainya.
Shalat istikhoroh yaitu sholat sunah dua rakaat untuk memohon kepada Allah ketentuan pilihan yang lebih baik diantara dua hal yang belum dapat ditentukan baik buruknya.
Misalnya, ada dua orang gadis yang sama-sama kita cintai, tapi manakah yang paling patut menjadi istri kita sehingga menimbulkan kebahagiaan dengannya. Atau ada dua macam pekerjaan yang sama-sama kita mampu melaksanakannya, manakah salah satu diantaranya yang harus kita lakukan.
Shalat istikhoroh itu lebih utama dilaksanakan pada malam hari, seperti melaksanakan shalat tahajud. Sesudah melaksanakan shalat istikhoroh kemudian berdo’a dengan do’a istikhoroh yang disertai dengan ketetapan hati untuk memilihnya/mana yang cocok baginya.
Lafadz niat sholat istikhoroh yaitu sebagai berikut: Ushalli Sunnatal Istikharaati Rak’ataini Lillahi Ta’aala (Sahaja Aku sembahyang sunnat istikharah 2 rakat tunai kerana Allah Ta’ala).[9]

Setelah selesai solat, berdoa seperti yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW:


Artinya: “Ya Allah, aku memohon petunjuk memilih yang baik dalam pengetahuanMu, aku mohon ditakdirkan yang baik dengan kudratMu, aku mengharapkan kurniaMu yang besar. Engkau Maha Kuasa dan aku adalah hambaMu yang dhaif. Engkau Maha Tahu dan aku adalah hambaMu yang jahil. Engkau Maha Mengetahui semua yang ghaib dan yang tersembunyi. Ya Allah, jika hal ini dalam pengetahuanMu adalah baik bagiku, baik pada agamaku, baik pada kehidupanku sekarang dan masa datang, takdirkanlah dan mudahkanlah bagiku kemudian berilah aku berkah daripadanya. Tetapi jika dalam ilmuMu hal ini akan membawa bencana bagiku dan bagi agamaku, membawa akibat dalam kehidupanku baik yang sekarang ataupun pada masa akan datang, jauhkanlah ia daripadaku dan jauhkanlah aku daripadanya. Semoga Engkau takdirkan aku pada yang baik, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas setiap sesuatu.”
e.       Shalat Duha
Sholat duha ialah sholat sunah dua rakaat atau lebih, sebanyak-banyanya dua belas rakaat. Shalat ini dikerjakan ketika waktu duha, yaitu waktu matahari naik setinggi tombak, kira-kira pukul 8 atau 9 sampai tergelincir matahari. [10]
Lafadz Niat shalat duha sebagai berikut:
اُصَلِّيْ سُنَّةَ الضُّحَى رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ اْلقِبْلَةِ اَدَاءلِلَّهً تَعَالَى
Surat pendek yang dibaca setelah membaca surat Al Fatihah adalah surat Asy Syamsi pada rakaat pertama dan surat Ad Dhuha pada rakaat ke dua (pendapat Imam Jalal Suyuthi dalam Hawsyil Khothiib). Pendapat lain yang juga sama kuatnya adalah membaca surat Al Kafirun pada rakaat pertama dan surat al Ikhlash pada rakaat ke dua (pendapat Ibnu Hajar dan Imam Ramli). Para ulama sepakat menganjurkan untuk mengumpulkan dua pendapat tersebut dengan membaca surat Asy Syamsi pada rakaat pertama dan Al Kafirun pada rakaat kedua, pada 2 rakaat pertama.  Selanjutnya pa da 2 rakaat selanjutnya, membaca ad Dhuha pada rakaat pertama dan al Ikhlash pada rakaat ke dua. Untuk rakaat-rakat selanjutnya, membaca surat al Kafirun pada rakaat pertama dan al Ikhlash pada rakaat ke dua.
Do’a Shalat Dhuha

اَللّهُمَّ اِنَّ الضُّحَاءَ ضُحَاءُكَ وَالْبَهَاءَ بَهَائُكَ وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ وَالْقُدْرَةَ ِ قُدْرَتُكَ وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَاَللّهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقِى فِى السَّمَاء فَاَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ ا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ فَاَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسِّرً بِحَقِّ ضُحَائِكَ وَبَهَائِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ اَتِنِ مَااَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ ى

f.        Shalat Tarawih Dan Witir
1.      Shalat Tarawih
Kata tarawih adalah bentuk jama’ dari kata “Tarwihah” yang artinya istirahat pada tiap-tiap empat raka’at. Kemudian tiap empat raka’at dari shalat malam disebut juga dengan istilah tarawih. Shalat sunah yang dikerjakan pada malam hari disebut Qiyamullail atau shalat lail, shalat lail juga sering disebut dengan nama shalat tahajjud. Bila shalat lail dikerjakan dibulan ramadhan, maka disebut shalat tarawih. Dinamakan shalat tarawih karena para salaf mengerjakan shalat malam tersebut dengan cara berhenti sejenak untuk beristirahat ditiap-tiap empat raka’at.
Adapun dalil dan keutamaan shalat tarawih dalam hadits riwayat Abu Dzar yang artinya: “Sesungguhnya apabila sesorang shalat (tarawih) bersama imam hingga selesai baginya dicatat melaksanakan shalat semalam suntuk.”
Adapun bilangan rakaat menurut pendapat para ulama’ yang berlandaskan dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi yang  mana Rasulullah itu melaksanakan shalat tarawih sebanyak 11 atau 13 rakaat, dihitung 11 rakaat jika tanpa shalat iftitah sebanyak dua rakaat. Namun boleh juga shalat tarawih lebih dari 11 rakaat. Adapun pendapat dari Imam Syafi’i, Imam Ahmad, Imam Abu Hanifah, dan Imam Daud yang menerangkan bahwa 20 rakaat tarawih belum termasuk witir dengan lima kali tarawih (istirahat sejenak tiap empat rakaat) setiap dua rakaat salam. Sedangkan 40 rakaat tarawih ditambah 7 rakaat witir, ini adalah pendapat Imam Aswad bin Yazid.
Waktu shalat tarawih, waktunya adalah setelah selasainya shalat isya’ sampai sebelum subuh. Sedangkan waktu yang lebih afdal dalam melaksanakan shalat tarawih adalah terletak pada akhir malam, yang diperkuat sebuah firman Allah dari QS. Adz Dzariyat: 17-18, yang artinya: “Adalah mereka sedikit tidur malam. Dan di waktu-waktu sahur mereka beristigfar.”
Dalam hadits pun juga diterangkan sebagaimana keutamaan shalat pada akhir malam. Adapun hukum shalat tarawih adalah sunah muakad, keterangan ini adalah yang dikehendaki dari makna qiyamu Ramadhan dalam HR. Syaikhani dari hadits Abu Huraurah ra. yang artinya: “Barang siapa yang berdiri pada malam bulan Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka dosanya yang terlewat akan diampuni.”
Dalam shalat tarawih terdapat sebuah peringatan yang mana fungsinya untuk memanggil jama’ah, dengan sebuah ucapan[11]
الصَّلاَةُجاَمِعَةٌ رَحِمَكُمُ الله
Adapun niat shalat tarawih adalah sebagai berikut:

أُصَلِّيْ سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَلَى

Artinya: “Saya niat shalat sunah tarawih dua rakaat karena Allah.”
Dalam pelaksanaan shalat tarawih ada beberapa cara berbeda dengan shalat sunah lainnya, terutama jika dilakukan secara berjamaah. Cara-cara tersebut adalah:
1.    Setelah selesai shalat isya’, bilal membaca ta’awwudz dan basmalah, kemudian membaca:
سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْمَعْبُوْدِ سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْمَوْجُوْدِ سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْحَيِ الَّذِيْ لاَيَنَامُ وَلاَ يَمُوْتُ وَلاَيَفُوْتُ أَبَدًا سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّنَا وَرَبُّ الْمَلاَئِكَةِ وَالرُّوْحِ. سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَللهُ أَكْبَرُ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْم
2.    Setelah itu bilal membaca:
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Kemudian para jamaah menjawab:
اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ
Bilal membaca sholawat lagi:
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ


Kemudian para jamaah menjawab lagi:
اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ
Kemudian bilal menjawab shalawat lagi:
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا وَذُخْرِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ
Kemudian para jamaah menjawab lagi:
اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ
Kemudian bilal membaca:
الصَّلاَةُ التَّرَاوِيْحِ جَامِعَةً رَحِمَكُمُ اللهُ
3.    Setelah salam pada dua rakaat pertama, bilal dan jamaah bersama-sama mengucapkan:
فَضْلاً مِنَ اللهِ وَنِعْمَةً, وَمَغْفِرَةً وَرَحْمَةً, لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ, لَهُا لْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْ ءٍ قَدِيْرٍ
4.    Kemudian bilal membaca shalawat di atas (poin kedua) dan jamaah menjawabnya.
5.    Setelah salam pada rakaat ke empat, bilal dan jamaah mengulang langkah pertama hingga poin ketiga. Setelah itu bilal mengucapkan:
اَلْبَدْرُ الْمُنِيْرُ سَيِّدُنَا مُحَمَّدٌ صَلُّوْا عَلَيْهِ
6.    Setelah salam pada rakaat ke enam, bilal membaca langkah pada poin ke-3 dan dilanjutkan pada poin ke-2.
7.    Setelah salam pada rakaat ke delapan, bilal dan jamaah mengulang langkah pada poin pertama dan ke-2. Setelah itu bilal mengucapkan:
اَلْخَلِيْفَةُ الأُوْلَى أَمِيْرُ الْمُؤْمِنِيْنَ سَيِّدُنَا أَبُوْ بَكْرِ الصِّدِّيْقِ
Para jamaah menjawab:
 اللهُ عَنْهُرَضِيَ
8.    Setelah rakaat kedua belas, sesudah doa, bilal mengucapkan:
اَلْخَلِيْفَةُ الثَّا نِيَةُ أَمِيْرُ الْمُؤْمِنِيْنَ سَيِّدُنَا عُمَّرُبْنُ الْخَطَّابِ
Para jamaah menjawab:
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
Demikian dikerjakan dalam shalat tarawih, dan tiap-tiap selasai rakaat ke-4, 8, 12, 16 dan ke-20.
9.    Setelah salam pada rakaat ke-16 bilal membaca:
اَلْخَلِيْفَةُ الثَّالِثَةُ أَمِيْرُ الْمُؤْمِنِيْنَ سَيِّدُنَا عُثْمَانَ بْنِ عَفَّان
Para jamaah menjawab:
 اللهُ عَنْهُرَضِيَ
10.   Setelah salam pada rakaat ke-20 bilal membaca:
اَلْخَلِيْفَةُ الرَّابِعَةُ أَمِيْرُ الْمُؤْمِنِيْنَ سَيِّدُنَا عَلِيِّ بْنِ أَبِيْ طَالِب
11.  Setelah shalat tarawih selesai lanjutkan dengan membaca doa berikut:[12]
اللهُمَّ اجْعَلْناَ باِلاِيْماَنِ كاَمِلِيْنَ. وَلِلْفَرَاۑ ضِ مُؤَدِّ يْنَ.وَلِلصَّلاَةِ حاَفِظِيْنَ. وَلِلزَّكاَةِ فاَعِلِيْنَ. وَلِماَ عِنْدَكَ طاَلِبِيْنَ. وَلِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ. وَبِالْهُدٰى مُتَمَسِّكِيْنَ. وَعَنِ اللغْوِ مُعْرِضِيْنَ. وَفِى الدُّنْياَ زَاهِدِ يْنَ. وَفِى الاٰخِرَةِ رَاغِبِيْنَ. وَبِالْقَضَاءِرَاضِيْنَ. وَلِلنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنَ. وَعَلَى الْبَلاَءِ صَابِرِيْنَ. وَتَحْتَ لِوَاءِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ سَاۑِرِيْنَ. وَاِلَى الْحَوْضِ وَارِدِ يْنَ. وَاِلَى الْجَنَّةِ دَاخِلِيْنَ. وَمِنَ النَّارِنَاجِيْنَ. وَعَلٰى سَرِيْرِ الْكَرَامَةِ قَاعِدِيْنَ. وَمِنْ حُوْرٍ عِيْنٍ مُّتَزَوِّجِيْنَ. وَمِنْ سُنْدُسٍ وَّاِسْتَبْرَقٍ وَّدِيْبَاجٍ مُّتَلَبِّسِيْنَ. وَمِنْ طَعَامِ الْجَنَّةِ اٰكِلِيْنَ. وَمِنْ لَّبَنٍ وَّعَسَلٍ مُّصَفًّى شَرِبِيْنَ بِاَكْوَابٍ وَّاَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِّنْ مَّعِيْنٍ مَّعَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِّنْ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصّٰلِحِيْنَ وَحَسُنَ اوُلٰۑِكَ رَفِيْقًا. ذٰلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللهِ وَكَفٰى بِاللهِ عَلِيْمًا. اَللهُمَّ اجْعَلْنَا فِىْ لَيْلَةِ هٰذَا الشَّهْرِ الشَّرِيْفَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَاءِالْمَقْبُوْلِيْنَ. وَلاَتَجْعَلْنَا مِنَ الاَشْقِيَاءِ الْمَرْدُوْ دِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلٰى خَيْرِ خَلْقِه سَيِّدِ نَا مُحَمَّدٍوَّاٰلِه وَصَحْبِه اَجْمَعِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرّٰحِمِيْنَ. وَالْحَمْدُلِلهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ.
2.       Shalat witir
Shalat witir adalah shalat sunah dengan rakaat ganjil yang dilakukan setelah melakukan shalat isya’ di waktu malam. Hukum shalat witir adalah sunah muakkadah, yakni sunah yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan. Adapun jumlah rakaat shalat witir harus ganjil, yakni dari mulai 1, 3, 5, 7, dan 9 rakaat. Setiap rakaat dikerjakan dengan dua rakaat dan yang terakhir satu rakaat.
Niat shalat witir yang dua rakaat adalah sebagai berikut:
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ للهِ تَعاَ لَى
Artinya: “saya niat shalat witir dua rakaat karena Allah.”
Sedangkan niat shalat witir yang satu rakaat adalah sebagai berikut:
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْوِتْرِ رَكْعَةٍ لِلهِ تَعاَ لَى
Artinya: “saya niat shalat witir satu rakaat karena Allah.”[13]
Sedikitnya rakaat shalat witir adalah satu rakaat dan yang palimng banyak adalah sebelas rakaat. Adapun waktunya adalah diantara shalat isya’ sampai munculnya fajar shadiq. Waktu yang utama untuk orang takut tidak bisa mengerjakannya pada sepertiga malam terakhir adalah awal malam yaitu setelah shalat isya’. Adapun waktu pada sepertiga malam terakhir adalah waktu yang utama untuk orang yang sudah terbiasa mengerjakannya pada sepertiga malam terakhir. Memisah shalat witir dengan beberapa salam itu lebih utama daripada menyambung secara langsung.
Dalam tiga rakaat terakhir dari shalat witir disunahkan membaca surat Al A’la dalam rakaat pertama, surat Al kafirun dalam rakaat kedua dan surat Al Ikhlas dan Muawidzatain dalam rakaat ketiga.[14]
Zikir setelah sholat witir[15]
سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌرَّبُّناَ وَالرُّوْحِ. سُبْحٰنَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ وَلاَ اِلٰهَ اِلآَ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ وَلاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلآَباِللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ










C.     PENUTUP
Kesimpulan
Shalat jamaah sangat dianjurkan oleh agama, pahala yang didapat dua puluh tujuh derajat lebih besar dari pada shalat seorang diri.
“Telah menghkabarkan kepada kami Malik dari Abi Zinad dari A’raj dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi saw. Telah bersabda: “Shalat berjamaah yang dilakukan salah seorang diantara kamu lebih utama dari pada shalat sendirian, pahalanya berlipat dua puluh lima kali.” 
Shalat jama’ adalah melaksanakan atau menggabungkan shalat wajib dalam satu waktu.  Shalat jama’ dilaksanakan pada waktu bepergian dalam jarak tempuh 90 km. pada shalat jama’, yang bisa dijamakkan adalah shalat dzuhur, ashar, magrib dan isya’, sedangkan subuh tidak bisa dijama’kkan.
Yang dimaksud dengan mengqasar sholat adalah meringkas shalat. Shalat yang bisa diringkas hanya shalat dengan jumlah empat rakaat. Sementara maghrib dan subuh tidak bisa diqasarkan. Bila menqasar shalat, bisa dilakukan dengan dua rakaat saja, untuk memudahkan seorang Musafir.
Adapun macam-macam sholat sunnah itu ada sholat rowatib, sholat hajat, sholat tahjud, sholat istiharah, sholat terawih dan witir








DAFTAR PUSTAKA
,,,,,Al-Jumanatus Sarif Al-Majmu us Sariful Kamil. Bandung. CV. Penerbit Jumanatul Alim-Art. 2007.
Abdul Muiz, Panduan Shalat Terlengkap,,,,,Pustaka Makmur. 2013.
Abyan, Amir. Pendidikan Agama Islam Fikih. Semarang. Karya Toha Putra. 2008.
Al Habib Zainal Abidin bin Ibrahim bin Smith, Konsep Aswaja Tuntunan  Pribadi Muslim Sejati. Bojonegoro. Darul Hikmah. 2012.
As-Syafi’I,  Ahmad Faisal. Shalat Tahajud dan Witir Rasulullah SAW. Jakarta. Jala Mitra. 2009.
Darsono, Ibrahim. Penerapan Fikih. Solo. Tiga Serangkai. 2008.
Firdaus Wajdi & Saira Rahmani, Shalat wajib dan sunnah. Jakarta. Zaman. 2009.
Labib Mz, Rangkuman Shalat Lengkap. Surabaya. Bintang Usaha Jaya. 2000.
Maktabah Syamilah, shohih bukhari, juz 2, hal 59, nomer 1182
Rasjid, Sulaiman. Fiqih Islam. Bandung. Sinar Baru Algensindo. 2013.
Sadili, Ahmad Nawawi. Panduan Praktis dan Lengkap Shalat Fardhu dan Sunnah. Jakarta. Amzah. 2009.
Sholikhin, Muhammad. Panduan Sholat Lengkap dan Praktis. Jakarta. Penerbit Erlangga. 2012.
Tim Ulin Nuha, Fiqih Ramadhan Mendulang Ilmu Melalui Pahala. Surakarta. Muhammadiyah University Press. 2008.



[1] Amir Abyan, Pendidikan Agama Islam Fikih (Semarang: Karya Toha Putra, 2008), hal. 108.
[2] maktabah syamilah, shohih bukhari, juz 2, hal 59, nomer 1182
[3] Ibrahim Darsono, Penerapan Fikih (Solo: Tiga Serangkai, 2008), 120.
[4] Ibid; 121
[5] Ahmad Nawawi Sadili, Panduan Praktis dan Lengkap Shalat Fardhu dan Sunnah (Jakarta: Amzah, 2009), 253.
[6] KH. Muhammad Sholikhin, Panduan Sholat Lengkap dan Praktis (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012), 152-153.
[7] Ahmad Faisal As- Syafi’I,  Shalat Tahajud dan Witir Rasulullah SAW (Jakarta: Jala Mitra, 2009), 4.
[8] Firdaus Wajdi & Saira Rahmani, Shalat wajib dan sunnah  (Jakarta: Zaman, 2009), 133-135.
[9] Labib Mz, Rangkuman Shalat Lengkap (Surabaya: Bintang Usaha Jaya, 2000), 178-179.
[10] Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2013), 147.
[11] Tim Ulin Nuha, Fiqih Ramadhan Mendulang Ilmu Melalui Pahala (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2008), 91.
[12] Ibid, Muiz, 146.
[13] Abdul Muiz, Panduan Shalat Terlengkap (,,,,,Pustaka Makmur, 2013), 143.
[14] Al Habib Zainal Abidin bin Ibrahim bin Smith, konsep ASWAJA Tuntunan  Pribadi Muslim Sejati (Bojonegoro: Darul Hikmah, 2012), 82.
[15] ,,,,,Al-Jumanatus Sarif Al-Majmu us Sariful Kamil (Bandung: CV. Penerbit Jumanatul Alim-Art, 2007), 252.